Selasa, 24 November 2015

Workshop Bangun Integritas



Workshop Bangun Integritas
Serangkaian agenda digelar dalam rangka menyambut festival Hari Anti Korupsi Internasional (HAKI) di Bandung. Sebelumnya telah terselenggara workshop bangun integritas ke beberapa sekolah yang ada di Bandung seperti, di SMAN 1 Bandung, SMAN 8 Bandung, dan terakhir di SMKN 9 Bandung.
Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada siswa/siswi dari beberapa pewakilan sekolah yang ada di Bandung. Acara ini di support oleh beberapa organisasi diantaranya ICW, KPK, SPAK dan Relawan Bandung. Hadir juga tamu undangan dari Kompas TV, Konsorsium dan para pembimbing dari tiap-tiap sekolah.
WorkshopBangunIntegritas

Peserta yang hadir di aula SMKN 9 Bandung ini terdiri dari beberapa delegasi diantaranya SMAN 13 Bandung, SMAN 24 Bandung dan SMAN 7 Bandung. Sekitar 100 orang memenuhi aula tersebut. Pembukaan pun dimulai pukul 09.00, kemudian menyanyikan lagu Indonesia raya, sambutan dari ketua SPAK, penutup. Workshop pun dimoderatori oleh Fifih dari kader SPAK sendiri.
Sementara selebihnya siswa/siswi yang lain ikut berpartisipasi menyematkan tagline Anti Korupsi plus cap tangan sebagai dukungan stop korupsi. Keseruan kain perca ini tampak dari para siswa yang membuat ukiran nya sekreatif mungkin.
SPAK_SayaPerempuanAntiKorupsi

“Festival kain perca ini nantinya akan digelar di alun-alun Bandung tanggal 10 Desember pas hari H nya. Rencananya ada dari presiden RI juga turut menyaksikan”, tutur ketua konsorsium saat menyampaikan sambutan pada penutupan. 
PercakuPercamu

Acara berlangsung dengan lancar dan diakhiri dengan pemberian bingkisan perwakilan tiap-tiap sekolah dilanjut sessi foto bersama. Nantikan beberapa agenda lainnya #prung #GaPakeKorupsi.*Sumiati
Rangkaian kain perca

LawanKorupsi_HidupBerkahTanpaKorupsi
Avatarku_Avatarmu?  

Minggu, 15 November 2015

(IDVolunteering) Ketika Aku Jadi Relawan

Walau hujan badai kan terus melanda. Walau amuk gelombang tak henti menerjang. Walau terang mencegah, walau mentari kan membakar. Jangan letih menapaki kehidupan. Ujian bagaikan terik sinar sang surya. Hadir kedunia bersama berjuta karunia. Janganlah bertekuk lutut dalam pelukan putus asa. Janganlah bersimpuh dihadapan duka. Hadapilah segala tantangan. Sambutlah harimu dengan suka cita. Hadapilah segala ujian. Dalam kesulitan pasti ada kemudahan”_Shoutul Harakah.
Kutipan lagu tersebut selalu menjadi pembakar semangatku. Sungguh merupakan amanah yang besar sebagai koordinator relawan. Beberapa program yang digulirkan saat itu, diantaranya; 
  1.   Mesjidku Bersih dan Hijau 
  2.   Relawan Goes to School
  3. Kampus Relawan 
  4.  Siaga Bencana 
  5.  Launching Indonesia Mendongeng 
  6.  Kegiatan SRPH (Semarak Ramadhan Penuh Hikmah) meliputi, Berkah Buka Puasa (BBP), Syiar Qur’an (SQ), Berbagi Bingkisan Jompo.
  7. Kegiatan insidental lainnya.

Kamis, 12 November 2015

Tetap Semangat Bahagiakan Ummat

 (IDVolunteering) Apapun Profesimu Relawan Nomor Satu
Hai, namaku Sumiati, cukup panggil aku sumi atau mi, kalau dipanggil ati kedengarannya aneh dan aku tidak suka. Meski ada sih seseorang yang panggil aku dengan nama itu. Aku terlahir dari keluarga sederhana. Ayahku seorang wirausaha, ibuku seorang penjahit. Keluarga ku dulu amat bahagia sebelum dilanda krismon alias krisis moneter’98. Semenjak itulah perjuangan mencari uang sangat dirasakan oleh saya. Dari semenjak SD saya sudah berjualan, seperti coklat payung, yupi, snack dan kue-kue. Sampai saat ini pun masih jadi reseller.
 Waktu kecil kalau ditanya sama nenek, “De.. cita-cita mu mau jadi apa?” aku langsung jawab, “mau jadi pedagang sukses, biar kaya ayah.” Simple tanpa berpikir panjang lagi. Dunia sekolah sudah mengubah paradigma ku, kalau lagi kumpul sama teman-teman bicara soal cita-cita, mereka selalu bilang, ada yang mau jadi dokter, pilot, pramugari, guru. “it’s sound nice”.. lah aku masa cita-cita jadi pedagang? Aku mikir, akhirnya bilanglah sama teman-temanku bahwa aku nanti mau jadi pramugari alasannya saat itu tinggi badanku melebihi dari teman-teman lainnya. So, aku percaya diri dengan itu. Selama sekolah 6 tahun SD aku selalu memikirkan cita-citaku, selama itu pula cita-citaku selalu berubah.  Awalnya pedagang, kemudian pramugari, pilot, malah sekalian aku mau jadi astronot.
Memasuki dunia remaja baru, SMP. Tinggi badanku ga bertambah malah teman-temanku yang pada tinggi, terlebih teman-teman laki-laki. Harapan jadi pilot ato pramugari hapus. Sehingga aku memutuskan mau jadi guru matematika. Aku suka pelajaran matematika. Karena aku ga suka menghafal, aku suka merumus atau memecahkan soal. Jadi, saya sudah yakin bahwa aku mau jadi guru matematika. Namun, ada hal yang mengganjal selama aku sekolah yakni ketika ujian nasional berlangsung. Saya selalu jadi korban. Korban membocorkan kunci jawaban dan ini bertolak belakang banget dengan hati nuraniku. Setiap ulangan harian saya tidak pernah memberikan kunci jawaban kepada siapa pun, karena bagi saya ini adalah hasil kerja keras belajarku selama ini, jadi aku suka dicap pelit memberikan jawaban. Nah, pas UN malah harus ngasih tau ke teman-teman, alasan guru itu katanya supaya teman-teman kita terselamatkan. Nama baik sekolah pun tidak tercemar kalau semua murid lulus. “it’s so complicated, for me.”
 Setelah tamat SMA aku malah milih jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) menghindari semua pelajaran berbau SAINS mungkin aku sudah lelah dengan semuanya, itulah yang membuat guru-guruku bertanya. Tapi aku tak peduli toh yang mau menjalani kan aku. Semenjak itu pun aku trauma jadi guru jika harus melakukan pembenaran terhadap kunci-kunci jawaban UN demi meluluskan anak didiknya.
Dunia baru dimulai, dunia kuliah. Awalnya tak terpikirkan olehku aku bisa kuliah, terlebih kondisi kuangan keluargaku yang tidak memungkinkan, semenjak ayahku meninggal 3 tahun lalu. Kata-kata kakak kelas ku yang di UNPAD itulah yang menjadi pembakar semangatku, mengantarkanku bahwa aku harus yakin bisa kuliah.
“De, kamu harus yakin bahwa rezeki itu Allah yang ngatur, masuk dulu aja kuliah. Insyaallah rezeki mah ngikutin, kan banyak beasiswa nantinya.” Ujar mba Rina
“Oh, iya mba makasih nasihatnya.”
“Bismillah, Allah beri aku kemudahan melewati semua ini.”
Berbekal keyakinan dan kemampuan yang ada saat itu tahun 2010 saya mendaftarkan diri bergabung di Rumah Zakat. Posisi saat itu sebagai mentor. Meski saya bukan specialist keguruan, namun berbekal ke-PDan akhirnya saya pun bisa meyakinkan juri test saat itu. Aku pun diterima sebagai mentor di senyum juara, salah satu program di bidang pendidikan.
Aktifitasku mulai terorganisir, mentoring/pembinaan Anak Asuk (AA) Rumah Zakat berlangsung 2 kali dalam sebulan. Selebihnya saya isi dengan kegiatan kemahasiswaan seperti halaqoh, kajian KOPMA, sharing Broadcast Community Cirebon (BCC) yang saat itu baru merintis. Jualannya? Masih tetep, kala itu saya jualin baju-baju. Kerudung, kaos kaki milik bu Lutfi dosen Bahasa Arabku. Alhamdulillah aku diberi kepercayaan untuk menjualkannya. Kemudian saya mencoba mempraktekan ilmu dari pembinaan membuat bola-bola coklat, saya jual ke warnet-warnet.
Tidak berjalan lama karena kurang peminat. Saya pun berhenti jualan itu kemudian pindah menjadi loper koran, mangkal di lampu merah. Hal yang paling deg-degan buat saya kala itu. Pertama, takut ketahuan anak asuh bahwa saya suka jualan koran. Kedua, penjual koran disitu laki-laki semua, sementara saya sendiri perempuannya. Ketiga, saya suka jadi baper mereka semua.
Setiap bulan Alhamdulillah suka ada evaluasi dari senyum juara, suka ada upgrading membuat saya mendapat semangat baru. Suatu ketika ada TOT (Training Of Trainer) menantang bahwa siapa yang berani berwirausaha, saya pun langsung angkat tangan, dan teknis lanjutnya setelah acara TOT selesai pematerinya pa ALif Ringga Persada dosen matematika. Aku pun langsung menemui beliau dan beliau menawarkan peluang sebagai jasa londry. Saya pun mengambil kesempatan itu. Sepulang atau sebelum kuliah saya suka menawarkan jasa laundry ke teman-teman. Alhamdulillah sebagai tambahan kesibukan. Semuanya tidak berjalan lama. Dan akhirnya kuputuskan untuk focus di pembinaan saja dan mengajar lainnya, seperti mengajar di TPA Al-Jamiah, Ma’had IAIN Syekh Nurjati Cirebon bidang Bahasa Inggris. Mengajar di SMK PUI, bidang kemuslimahan. Masih ada hal yang dijual, di sela-sela itu saya jualan pulsa. Sempat saya ketahuan waktu kuliah berlangsung, ada teman beli pulsa, saya langsung ditegur pak dosen. Aku hanya bisa senyum.
Di tahun ke-2 kuliah Rumah Zakat selalu memberikan perubahan atau penambahan entitas. Saat itu akh Ade Riyanto terpilih sebagai ketua Relawan RI. Aku memutuskan untuk bergabung menjadi relawan. Sebagai anggota pemula saat itu. Tahun berikutnya kang Afif Bachtiar sebagai koordinator relawannya. Setelah itu saya. Sungguh merupakan amanah yang besar sebagai koordinator relawan. Beberapa program yang digulirkan saat itu, diantaranya;
1.      Mesjidku Bersih dan Hijau
2.      Relawan Goes to School
3.      Kampus Relawan
4.      Siaga Bencana
5.      Launching Indonesia Mendongeng
6.      Kegiatan SRPH (Semarak Ramadhan Penuh Hikmah) meliputi, Berkah Buka Puasa (BBP), Syiar Qur’an (SQ), Berbagi Bingkisan Jompo.
7.      Kegiatan insidental lainnya.
Kepengurusanku selama 2 tahun kurang lebih, menjadi sangat bermakna setelah mengetahui bahwa inilah relawan. Relawan pantang menyerah, pantang mengeluh dan pantang ego. Ketika ada suatu musibah atau bencana kepentingan relawanlah yang nomor satu, karena mereka butuh uluran tangan kita. Mendahulukan kepentingan kelompok dibanding kepentingan pribadi. Relawan itu panggilan jiwa apapun profesinya. Sering teman-teman memplesetkan kata relawan, rela dan tidak melawan.
Dari katanya aja Relawan, yakni suka rela. Seseorang yang mengabdikan dirinya untuk kegiatan sosial suka rela tanpa pamrih. Ada beberapa pertanyaan dari teman-teman saya seperti ini;
“Mi, jadi relawan tuh di gaji engga?”
Saya jawab; “enggak, karena relawan itu hanya sebatas membantu toh, bukan pekerjaan yang terikat kontrak.”
“Oh, gitu ya.. Terus kamu dapat darimana uangnya bisa kesana kemari?”
“Maksud kamu? kalau saya makan sehari-hari ya adalah rezeki mah, aku kan di pondok sekarang mengurus pondok disitu saya makan dan tidur. Kalau ada bencana yang mengharuskan saya ke lokasi ya itu ada anggarannya dari kantor”
“ihh, enak ya jadi relawan jalan-jalan terus…”
Dalam hati, enak dari Hongkong, “capeek tahu,..”. sebenarnya capek tapi tergantung kitanya jika kita menikmatinya maka kelelahan dan capek itu serasa sirna. “Biarlah lelah asal Lillah”. 
Kemudian saya akan cerita singkat seputar program yang telah saya dan teman-teman relawan yang membantu mensukseskan program-program ini. Apa yang telah dilaksanakan semoga menginspirasi pembaca. Pertama, yaitu program Mesjidku Bersih dan Hijau. Program ini tujuannya yaitu untuk memakmurkan masjid, mesjid selain tempat ibadah sholat lima waktu. Juga bisa sebagai tempat dakwah, menimba ilmu, sharing-sharing kajian, atau yang lebih dikenal dengan sebutan halaqoh. Sasarannya adalah masjid yang kurang terawat, masjid yang memerlukan bantuan, dan kehijauan yang kurang tidak adanya bunga atau pohon di halaman masjid tsb.
Kedua, Relawan Goes to School, yakni memberikan pelatihan-pelatihan baik itu training motivasi, training kepenulisan, training kewirausahaan. Disesuaikan dengan kebutuhan siswa di sekolah tsb. Oleh sebab itu pentingnya koordinasi dengan pihak sekolah, terlebih OSIS yang mengetahui kondisi apa yang dibutuhkan oleh teman-temannya.
Ketiga, Kampus Relawan, sebagai media kaderisasi, pembinaan relawan, sharing, dan hal-hal seputar informasi dari kantor rumah zakat.
Keempat, Siaga Bencana. Dimana salah satu nya kita ikut berpartisipasi memberikan bantuan korban gempa di Malausma, Banjir di Indramayu dan korban kebakaran. Bantuan berupa trauma healing bersama anak-anak korban, pengobatan gratis, pembagian kornet dan logistik lainnya disesuaikan dengan apa yang mereka butuhkan.
Kelima, launching Indonesia mendongeng. Mendongeng merupakan salah satu program untuk adik-adik di daerah binaan. Mendongeng salah satu media untuk memberikan wawasan, melatih kecerdasan melalui bercerita dan supaya anak-anak tidak kehilangan dunianya.
Keenam, kegiatan SRPH (Semarak Ramadhan Penuh Hikmah) meliputi Berkah Berbuka Puasa, dilaksanakan di daerah-daerah binaan RZ (Rumah Zakat) membagikan paket nasi komplit plus takjilnya. Syiar Qur’an, yaitu membagikan AlQur’an di daerah yang membutuhkan karena ditempat tersebut tidak adanya AlQur’an / Iqra, yang baik, tidak sobek. Berbagi bingkisan jompo, sebagai bentuk perhatian RZ kepada ibu-ibu jompo (nenek-nenek) yang lebih membutuhkan. Biasanya ini dibagikan ketika mau dekat waktu lebaran.
Ketujuh, kegiatan insidental seperti mengadakan Gerakan Pantai Ku Bersih, waktu itu kita laksanakan di pantai Kejawanan, hasilnya kita mendapatkan sampah sebanyak 4 trashbag. Disana banyak sampah plastik bekas makan dan minum pengunjung. Bantu sebar flyer Super Qurban. Biasanya bersama tim ZA di titik-titik lampu merah kita melaksanakan penyebarannya. Bantu CSF (Cita Sehat Foundation) melaksanakan pengobatan gratis. Titik lokasinya biasanya di daerah-daerah yang membutuhkan pengobatan. Survey PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
Terakhir yang paling berkesan lagi yaitu ketika terpilih bisa ikut mensukseskan program Bhakesra 2013, delegasi dari Rumah Zakat. Mengunjungi pulau terluar Indonesia bagian barat diantaranya; pulau Tello, Sipora dan Siberut. Memberikan motivasi belajar dan membaca kepada anak-anak disana.
Aktivitas sebagai relawan memberikan banyak pengalaman, bertemu orang-orang baru, bisa berbagi. Terlebih berbagi itu menyenangkan, berbagi itu gaya, berbagi itu gue bangeett. Dari relawan juga kita selalu diajarkan untuk selalu hidup bersyukur atas apa yang kita miliki, bersahaja atas segala hal. Sederhana atas apa yang kita upayakan. Dengan hadirnya peringatan hari relawan, semoga bisa menularkan virus-virus kebaikan. Memotivasi kita untuk terus membantu sesama, untuk terus belajar dan menggali potensi yang dimiliki. Apapun profesimu Relawan nomor satu.
@Volunteering #ProudtobeVolunteer #IVD2015