Orang Jepang aja Peduli Sampah ... Kamu?
Firstime, I spoke with someone from Japan
Ketika itu saya mengunjungi sebuah
festival di ITB, mereka memberikan namanya Picnic to Mesjid/ Salman Days Out Picnic.
Kegiatan ini sudah berjalan 4 kali, nara hubungnya sendiri Aulia Rahmatika.
Beberapa stand memenuhi halaman Salman diantaranya, ada dari Transfer Factor,
Jajanan Bandung, Book store, Kerudung Zoya, Tanaman Hidroponic, Aneka Asesoris,
Makanan Khas Bandung, dan Penukaran Sampah dengan Buku.
Pekan terakhir November ini semarak
dengan agenda yang bermanfaat Insyaallah. Saya sendiri bingung semua agenda
pengen diikuti ada tiga agenda di ITB yang bersamaan waktunya. Acara dimulai
sekitar pukul 08.00 WIB. Aulia selaku ketua pelaksana acara tersebut memaparkan
agenda ini.
Saya pun melihat-lihat stand yang ada
di halaman Salman. Stand terakhir yang disinggahi yaitu stand #GerakanPungutSampah.
Ketika sampai di stand tersebut, syaratnya minimal 20 sampah daur ulang
terkumpul. Nanti berkesempatan mendapatkan buku. Saya pun membaca buku berjudul
“Selling blue elephant” melihat-lihat isi buku tersebut.
Sambil ngobrol ringan bersama
penjaga-penjaga stand, tidak lama kemudian datang seorang teman memperkenalkan
diri, ini Isho dari Jepang. Aku pun sontak kaget. Ternyata dia disini juga
aktivis remarkable, sampah daur ulang, peduli sampah yang ada di Bandung dia
tergabung pada komunitas Entrepreneurship dan kepeduliannya mendaur ulang
sampah seperti botol atau gelas plastik. Wah keren ya, orang Jepang emang peka
terhadap lingkungan, dan perfect terhadap segala hal setau saya termasuk dia
yang ada di hadapan saya. Otak aku pun berputar ingin membuka topik
pembicaraan, dan kikuk mau menyampaikannya.
“Hai, Ohayougozaimasu” sapa ku.
“Ohayou Gozaimasu”, sambil tersenyum.
“Why you choose study in Indonesia?”tanyaku.
“I study exchange”, jawab Isho.
“Dia ngikut program study exchange
MBA”, jawab temannya.
“How long?” Tanya ku pendek, sambil
grogi.
“until the end Desember”
“Yaah, sebentar lagi donk”. “You can
speak Indonesian?”
“just little.”,
“Sunda?”
“Hatur nuhun”
“Dia cuman menyebutkan satu kata itu”
“Do you ever been go to Angklung
Udjo?” tambahku.
“What’s that?”
“Traditional music, temannya bantu
jawab”
“There many visitor from Jerman,
Finland, England” tambah ku.
“Weekend of course”. “Enjoy in
Bandung”tukasku.
Dari situ saya pun lihat jam sudah
menunjukkan pukul 08.30 WIB. Saya pun harus segera mengakhiri perjumpaan karena
ada agenda di ruang TvSt 9022. Segera saya pun menutup buku yang sudah dibaca.
“Oke, see u again.”
Aku pun langsung berjalan menuju
kampus ITB. Namun ketika di tengah perjalanan menuju kampus, banyak banget
sampah plastik dan botol aqua yang berserakan. Tak berfikir panjang lagi aku
pun langsung memunguti sampah-sampah tersebut. Dan segera menyerahkan ke
teman-teman remarkable.
“Hey, hey aku datang lagi dapat
sampah ini nih”
“dapet dari mana?, dari tempat sampah
ya?”
“Engga lah, aku pun sambil
mengecilkan botol-botol bekas itu dan memasukkannya ke tong sampah yang telah
disediakan”
Sampah-sampah itu pun dihitungnya.
“Wah kurang teh, baru 16 buah.” Kata patih.
“Oh, ya?” aku pun kaget, perasaan aku
hitung udah nyampe 20 buah.
Aku pun langsung mencari kembali. Ke
arah taman tempat mentoring kutemukan sebuah botol bekas pulpy, dan aqua gelas,
sisanya plastic. Ku cepat menuju ke arah stand tadi. Dan segera menyerahkannya.
Seketika aku sempat ngobrol sebentar bareng Isho, terus terang gue penasaran
ama orang Jepang ini. Ingin bicara lebih tapi susah ngungkapinnya.
Akhirnya aku pun Tanya,
“How many people join this
community?”
“The second time”
“Second time?” ekspresi terkejut yang
tak nyambung dengan apa yang saya tanyakan.
“I mean, how many members join this?”
“Second time, The first time in Dago,
the second in ITB”
“Eh, buset ga nyambung bener apa yang
salah dari komunikasi ku ya” gerutuku dalam hati.
“Oh, I’m the first time to know this
community”
“First time?” dia seolah-olah
terkejut.
Sorry, what’s your name?
“Isho…”
“Isho..” aku pun mengulanginya.
“Watashi wa Sumi desu”
“Sumi?”
“ya”
“Aku ga ngerti kenapa dia sampe
terkejut” dalam hati aku BT kalau ngomongnya kaya gini terus ga bakal
nyambung-nyambung. Haha.
Dan akhirnya aku pun berkesempatan
mengocok undian dengan melemparkan dadu. Hasilnya? Coba lagi… yah, saya pikir
berkesempatan 3 kali melempar, ternyata 3 kali itu harus sambil membawa sampah
sebanyak 20 buah, “Buset banget dah”, dalam hati “gue mah udah biasa tiap
undian ga pernah dapet”. Akhirnya tanpa
berfikir panjang lagi aku pun segera meninggalkan tempat itu. Ok Makasih,. Ok Thankyou Isho, See U.
Sepanjang jalan menuju ruang TVST
saya berfikir kapan saya bisa ke Jepang ya, orang Jepang aja udah nyampe di
Bandung. Gue kapan ke Jepang. Dari sini pun saya mendapat pengalaman baru,
yakni kepekaan kita terhadap lingkungan #GerakanPungutSampah, yang terdiri dari
sampah daur ulang seperti botol-botol, sampah plastik tergolong kepada sampah
lainnya, dan sampah yang dapat didaur ulang seperti dedaunan. Terus kemanapun
kamu pergi jangan lupa bawa Thumbler ini adalah salah satu upaya untuk
mengurangi sampah botol bekas minum nantinya, kalau seluruh warga udah terbiasa
bawa thumbler setidaknya mengurangi konsumsi beli air kemasan.
Satu hal yang saya ingat dari Jepang,
adalah warganya peduli lingkungan, warga nya teratur, disiplin dan taat banget
pada aturan, tidak heran jika di negaranya itu tertib, nyaman dan menyenangkan.
Pengalaman baru ini tidak akan pernah terlupa, selain pertama kali aku
mengucapkan bilangan dalam Bahasa Jepang dengan orang Jepangnya langsung, juga
pengalaman komunikasi yang kacau. Haha. Enjoy your every moment guys^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar