Rabu, 02 Desember 2015

Gerakan Peduli Sampah



Orang Jepang aja Peduli Sampah ... Kamu?
Firstime, I spoke with someone from Japan
Ketika itu saya mengunjungi sebuah festival di ITB, mereka memberikan namanya Picnic to Mesjid/ Salman Days Out Picnic. Kegiatan ini sudah berjalan 4 kali, nara hubungnya sendiri Aulia Rahmatika. Beberapa stand memenuhi halaman Salman diantaranya, ada dari Transfer Factor, Jajanan Bandung, Book store, Kerudung Zoya, Tanaman Hidroponic, Aneka Asesoris, Makanan Khas Bandung, dan Penukaran Sampah dengan Buku.
Pekan terakhir November ini semarak dengan agenda yang bermanfaat Insyaallah. Saya sendiri bingung semua agenda pengen diikuti ada tiga agenda di ITB yang bersamaan waktunya. Acara dimulai sekitar pukul 08.00 WIB. Aulia selaku ketua pelaksana acara tersebut memaparkan agenda ini.
Saya pun melihat-lihat stand yang ada di halaman Salman. Stand terakhir yang disinggahi yaitu stand #GerakanPungutSampah. Ketika sampai di stand tersebut, syaratnya minimal 20 sampah daur ulang terkumpul. Nanti berkesempatan mendapatkan buku. Saya pun membaca buku berjudul “Selling blue elephant” melihat-lihat isi buku tersebut. 

Sambil ngobrol ringan bersama penjaga-penjaga stand, tidak lama kemudian datang seorang teman memperkenalkan diri, ini Isho dari Jepang. Aku pun sontak kaget. Ternyata dia disini juga aktivis remarkable, sampah daur ulang, peduli sampah yang ada di Bandung dia tergabung pada komunitas Entrepreneurship dan kepeduliannya mendaur ulang sampah seperti botol atau gelas plastik. Wah keren ya, orang Jepang emang peka terhadap lingkungan, dan perfect terhadap segala hal setau saya termasuk dia yang ada di hadapan saya. Otak aku pun berputar ingin membuka topik pembicaraan, dan kikuk mau menyampaikannya.
“Hai, Ohayougozaimasu” sapa ku.
“Ohayou Gozaimasu”, sambil tersenyum.
“Why you choose study in Indonesia?”tanyaku.
“I study exchange”, jawab Isho.
“Dia ngikut program study exchange MBA”, jawab temannya.
“How long?” Tanya ku pendek, sambil grogi.
“until the end Desember”
“Yaah, sebentar lagi donk”. “You can speak Indonesian?”
“just little.”,
“Sunda?”
“Hatur nuhun”
“Dia cuman menyebutkan satu kata itu”
“Do you ever been go to Angklung Udjo?” tambahku.
“What’s that?”
“Traditional music, temannya bantu jawab”
“There many visitor from Jerman, Finland, England” tambah ku.
“Weekend of course”. “Enjoy in Bandung”tukasku.
Dari situ saya pun lihat jam sudah menunjukkan pukul 08.30 WIB. Saya pun harus segera mengakhiri perjumpaan karena ada agenda di ruang TvSt 9022. Segera saya pun menutup buku yang sudah dibaca.
“Oke, see u again.”

Aku pun langsung berjalan menuju kampus ITB. Namun ketika di tengah perjalanan menuju kampus, banyak banget sampah plastik dan botol aqua yang berserakan. Tak berfikir panjang lagi aku pun langsung memunguti sampah-sampah tersebut. Dan segera menyerahkan ke teman-teman remarkable.
“Hey, hey aku datang lagi dapat sampah ini nih”
“dapet dari mana?, dari tempat sampah ya?”
“Engga lah, aku pun sambil mengecilkan botol-botol bekas itu dan memasukkannya ke tong sampah yang telah disediakan”
Sampah-sampah itu pun dihitungnya.
“Wah kurang teh, baru 16 buah.” Kata patih.
“Oh, ya?” aku pun kaget, perasaan aku hitung udah nyampe 20 buah.
Aku pun langsung mencari kembali. Ke arah taman tempat mentoring kutemukan sebuah botol bekas pulpy, dan aqua gelas, sisanya plastic. Ku cepat menuju ke arah stand tadi. Dan segera menyerahkannya. Seketika aku sempat ngobrol sebentar bareng Isho, terus terang gue penasaran ama orang Jepang ini. Ingin bicara lebih tapi susah ngungkapinnya.
Akhirnya aku pun Tanya,
“How many people join this community?”
“The second time”
“Second time?” ekspresi terkejut yang tak nyambung dengan apa yang saya tanyakan.
“I mean, how many members join this?”
“Second time, The first time in Dago, the second in ITB”
“Eh, buset ga nyambung bener apa yang salah dari komunikasi ku ya” gerutuku dalam hati.
“Oh, I’m the first time to know this community”
“First time?” dia seolah-olah terkejut.
Sorry, what’s your name?
“Isho…”
“Isho..” aku pun mengulanginya.
“Watashi wa Sumi desu”
“Sumi?”
“ya”
“Aku ga ngerti kenapa dia sampe terkejut” dalam hati aku BT kalau ngomongnya kaya gini terus ga bakal nyambung-nyambung. Haha.
Dan akhirnya aku pun berkesempatan mengocok undian dengan melemparkan dadu. Hasilnya? Coba lagi… yah, saya pikir berkesempatan 3 kali melempar, ternyata 3 kali itu harus sambil membawa sampah sebanyak 20 buah, “Buset banget dah”, dalam hati “gue mah udah biasa tiap undian ga pernah dapet”.  Akhirnya tanpa berfikir panjang lagi aku pun segera meninggalkan tempat itu.  Ok Makasih,. Ok Thankyou Isho, See U.
Sepanjang jalan menuju ruang TVST saya berfikir kapan saya bisa ke Jepang ya, orang Jepang aja udah nyampe di Bandung. Gue kapan ke Jepang. Dari sini pun saya mendapat pengalaman baru, yakni kepekaan kita terhadap lingkungan #GerakanPungutSampah, yang terdiri dari sampah daur ulang seperti botol-botol, sampah plastik tergolong kepada sampah lainnya, dan sampah yang dapat didaur ulang seperti dedaunan. Terus kemanapun kamu pergi jangan lupa bawa Thumbler ini adalah salah satu upaya untuk mengurangi sampah botol bekas minum nantinya, kalau seluruh warga udah terbiasa bawa thumbler setidaknya mengurangi konsumsi beli air kemasan.
Satu hal yang saya ingat dari Jepang, adalah warganya peduli lingkungan, warga nya teratur, disiplin dan taat banget pada aturan, tidak heran jika di negaranya itu tertib, nyaman dan menyenangkan. Pengalaman baru ini tidak akan pernah terlupa, selain pertama kali aku mengucapkan bilangan dalam Bahasa Jepang dengan orang Jepangnya langsung, juga pengalaman komunikasi yang kacau. Haha. Enjoy your every moment guys^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar